Apakah saya milanisti? Entahlah,
karena saya tidak tau atribut atau kriteria apa saja yang harus melekat dalam diri
saya untuk bisa dikatakan sebagai Milanisti. Apa saya cinta Milan? Itu pun tak pasti, tergantung bagaimana
definisi cinta.
Benar, bahwa ada sesuatu yang
seperti menarik2 saya untuk selalu ikut menyaksikan ketika Milan bermain, meskipun
hanya lewat layar kaca. Dan Ya, ada sedih dan kecewa dan kadang-kadang teramat besar
kekecewaannya ketika melihat Milan gagal menang atau bahkan harus kalah.
Tentu saja, ada senang bahkan bangga ketika Milan menang apalagi berhasil meraih trofi. Berjingkrak2, melompat2, berteriak2 memekikan suara Forza Milan itu pun kadang2 saya lakukan bersama teman2 yang lain. Apakah itu cinta? Entahlah!
Tentu saja, ada senang bahkan bangga ketika Milan menang apalagi berhasil meraih trofi. Berjingkrak2, melompat2, berteriak2 memekikan suara Forza Milan itu pun kadang2 saya lakukan bersama teman2 yang lain. Apakah itu cinta? Entahlah!
Hanya saja, jika saja benar
saya Milanisti, dan jika memang cinta itu ada untuk AC Milan, maka saya tidak akan menempatkannya d urutan
pertama dalam daftar cinta. Tak mungkin saya biarkan
kecintaan terhadapnya (jika memang itu benar2 cinta) mengalahkan cinta kepada
saudara2. Sedangkan, di atas cinta untuk saudara masih ada cinta untuk keluarga serta kedua orang
tua. Lalu, di atas itu semua, tentu hanya ada dua cinta yang harus ditempatkan
di daftar teratas, yaitu cinta kpada Nabi dan Tuhan, Allah SWT.
No Response to "Catatan seorang Milanisti Syariah"
Posting Komentar