KONSULTAN DETEKTIF
PERTAMA DI DUNIA
Farid Ma’ruf
Email: fm.duasatu@gmail.com
Judul : Petualangan Sherlock Holmes
Diterjemahkan Dari : The Adventures of
Sherlock Holmes
Jenis : Fiksi, Kumpulan Cerpen
Penulis : Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah : Dra. Daisy Dianasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
The
Adventures of Sherlock Holmes adalah kumpulan cerpen pertama dari buku seri
cerita detektif Sherlock Holmes yang ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle. Buku
ini menampilkan 12 kisah Sherlock Holmes bersama partnernya, Dr. Watson, dalam
memecahkan kasus-kasus yang dihadapinya. Holmes adalah seorang konsultan
detektif pertama di dunia yang hidup pada akhir abad XIX dan awal abad XX.
Kemuampuan analisisnya sangat luar biasa. Dengan hanya mengamati sebuah topi
saja, Holmes dapat membuat beberapa kesimpulan yang tepat mengenai sifat-sifat
dan kebiasaan-kebiasaan pemiliknya.
Penerjemahan
The Adventures of Sherlock Holmes dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Petualangan Sherlock Holmes dilakukan oleh Dra. Deasy
Diansari. Secara keseluruhan, penerjemah mampu menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis teks sumber.
Mengacu
pada delapan metode penerjemahan Newmark (Newmark, 1988), penerjemah menggunakan
metode semantis. Penerjemah berusaha mengalihkan makna teks sumber sedekat
mungkin ke dalam teks sasaran dengan struktur sintaksis bahasa sasaran tapi
tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Penerjemah, misalnya, tetap
mempertahankan gaya narasi teks sumber ke dalam teks sasaran. Bentuk paragraf
teks sumber juga tetap dipertahankan meskipun paragraf-paragraf itu terkesan
terlalu panjang untuk standar bahasa Indonesia. Berikut ini adalah contoh
penerjemahan paragraf yang mewakili
analisis itu:
Jenis Teks
TSu adalah naratif, yaitu teks yang bercerita mengikuti alur waktu (Guru,
2012). Sedangkan jika dilihat dari fungsi bahasanya, TSu memiliki fungsi
ekspresif, yaitu berorientasi pada penulis sebagai sumber penyampai berita
(Machali, 2000). Selain ekspresif, Tsu juga memiliki fungsi estetik, yaitu
untuk memberikan rasa puas atau rasa senang (Machali, 2000). Tujuannya menghibur
pembaca dengan pengalaman nyata atau khayal.
Penerjemahan
buku-buku di Indonesia sepertinya memang didominasi oleh karya-karya fiksi
prosa. Hal ini mungkin disebabkan oleh alasan bisnis, mengingat jenis karya
seperti inilah yang biasanya laris di pasaran. Sebagaimana dikatakan oleh Williams
dan Chesterman (2002), melalui karya seperi inilah penerjemah, khusunya
penerjemah tetap, mencari nafkah.
Dengan
menggunakan metode semantis, penerjemah telah berhasil menyajikan teks terjemahan
yang baik menurut standar Larson. Menurut Larson (1984), terjemahan yang ‘memadai’
harus memenuhi kriteria accuracy (ketepatan), clarity
(kejelasan), dan naturalness (kewajaran). Untuk mencapai standar
demikian, ada sejumlah prosedur yang digunakan oleh penerjemah ketika
menghadapi masalah dalam penerjemahan, yaitu modulasi, transposisi, catatan dan
padanan budaya.
Prosedur
modulasi digunakan, misalnya, dalam menerjemahkan kalimat berikut:
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
I have seldom heard him mention her
under any other name.
|
Dia tak pernah menyebut wanita itu dengan istilah lain.
|
Pada
kalimat di atas, terdapat perubahan sudut pandang. Sebetulnya, penerjemah dapat
mempertahankan sudut pandang sebagaimana dalam teks sumber, namun ia mengubah
sudut pandang agar teks terjemahan terasa lebih wajar dalam bahasa sasaran. Modulasi
seperti itu disebut modulasi bebas. Modulasi bebas digunakan karena alasan
non-linguistik, penerjemah hanya mencari padanan yang alami dalam bahasa
sasaran (Al Farisi, 2011).
Prosedur trasnsposisi
sangat sering digunakan terutama dalam menerjemahkan frasa. Hal ini disebabkan
perbedaan pola frasa dalam bahasa Inggris (BSu) dan bahasa Indonesia (BSa). Di
samping itu, transposisi juga digunakan dalam menerjemahkan kalimat. Seperti
dalam kalimat berikut:
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
He was, I take it, the most perfect reasoning and observing machine that the world has seen, but as a lover he would have placed
himself in a false position.
|
Menurutku, dia bagaikan mesin pemikir dan pengamat terbaik yang pernah ada di bumi ini tapi bila berhubungan dengan masalah
asmara, dia selalu serba salah.
|
Penerjemah
juga menggunakan prosedur catatan untuk menerjemahkan kata dalam BSu yang tidak
ada padanannya dalam Bsa. Penggunaan prosedur catatan dapat dilihat dalam
penerjemahan berikut ini:
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
he was on Wednesday brought before
the magistrates at Ross, who have referred the case to the next Assizes.
|
Pada hari Rabu dia diadili di
Ross, dan kasusnya kini diajukan ke Pengadilan Assizes*.
*Pengadilan keliling dari pusat
|
Penambahan
keterangan mengenai Assizes dilakukan dengan cara pemberian catatan kaki agar
pembaca mampu memahami kata tersebut tanpa harus mengganggu keindahan teks.
Selain
ketiga prosedur yang disebutkan di atas, penerjemah juga menggunakan prosedur
padanan budaya. Prosedur ini memang tidak dapat dihindari dalam menerjemahkan
kata yang memiliki nuansa budaya, misalnya dalam menerjemahkan salam pembuka
dan penutup dalam surat. Pemadanan budaya dilakukan agar tercapai kesepadanan
yang tepat tapi juga jelas dan wajar dalam Bsa. Berikut ini contoh yang
ditemukan:
Teks Sumber
|
Teks
Sasaran
|
Dear
Mr. Holmes:
I am very anxious to consult you as to whether I should or should
not accept a situation which has been offered to me as governess. I shall
call at halfpast ten to-morrow if I do not inconvenience you.
Yours faithfully,
VIOLET
HUNTER.
|
Mr. Holmes yang terhormat,
Saya
ingin berkonsultasi dengan Anda tentang apakah saya sebaiknya menerima
tawaran pekerjaan sebagai guru les privat di suatu tempat tertentu « atau
tidak. Saya akan datang besok jam setengah sebelas, kalau Anda tak keberatan.
Hormat saya,
VIOLET HUNTER
|
Tak ada
gading yang tak retak, tak ada terjemahan yang tak lepas dari kekurangan. Dalam
terjemahan yang terlihat hampir sempurna ini sekalipun masih dapat ditemukan
penghilangan makna. Penghilangan makna dapat ditemukan dalam penerjemahan
berikut:
Dalam
teks terjemahan, tidak ditemukan padanan dari ‘Then I have just time’. Mungkin
saja penerjemah membiarkannya (tidak menerjemahkanya) untuk alasan tertentu.
Tapi, dengan tidak diterjemahkannya unsur itu, makna dari kalimat di atas tidak
lagi sesuai dengan teks sumber. Tidak terlihat bahwa Holmes ingin memanfaatkan
waktu satu jam sebelum kedatangan kliennya untuk memperjelas kasus yang akan
dihadapinya, sebagaimana terkandng dalam teks sumber.
Meski
demikian, secara keseluruhan, buku Petualangan Sherlock Holmes yang
diterjemahkan dari The Adventures of Sherlock Holmes ini tetap ‘sempurna’
untuk dinikmati oleh para pecandu cerita detektif, khususnya para Sherlockian
Indonesia.
Referensi
Al Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.
Guru, Eka Nasema. Jenis Teks dalam Bahasa Inggris. http://ekagurunesama.blogspot.com/2012/01/jenis-teks-dalam-bahasa-inggris.html, 2012.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim
Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia. Tangerang: Dikara.
Larson, Mildred L.. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk
Pemadanan Antar Bahasa, Jakarta: Arcan, 1989.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta:
Grasindo, 2000.
Newmark, Peter. Approaches to Translation. Hertfordshire:
Prentice Hall, 1988.