Kamis, 17 Juli 2014

Catatan seorang Milanisti Syariah

0


Apakah saya milanisti? Entahlah, karena saya tidak tau atribut atau kriteria apa saja yang harus melekat dalam diri saya untuk bisa dikatakan sebagai Milanisti. Apa saya cinta Milan? Itu pun tak pasti, tergantung bagaimana definisi cinta.

Benar, bahwa ada sesuatu yang seperti menarik2 saya untuk selalu ikut menyaksikan ketika Milan bermain, meskipun hanya lewat layar kaca. Dan Ya, ada sedih dan kecewa dan kadang-kadang teramat besar kekecewaannya ketika melihat Milan gagal menang atau bahkan harus kalah. 

Tentu saja, ada senang bahkan bangga ketika Milan menang apalagi berhasil meraih trofi. Berjingkrak2, melompat2, berteriak2 memekikan suara Forza Milan itu pun kadang2 saya lakukan bersama teman2 yang lain. Apakah itu cinta? Entahlah!

Hanya saja, jika saja benar saya Milanisti, dan jika memang cinta itu ada untuk AC Milan,  maka saya tidak akan menempatkannya d urutan pertama dalam daftar cinta. Tak mungkin saya biarkan kecintaan terhadapnya (jika memang itu benar2 cinta) mengalahkan cinta kepada saudara2. Sedangkan, di atas cinta untuk saudara  masih ada cinta untuk keluarga serta kedua orang tua. Lalu, di atas itu semua, tentu hanya ada dua cinta yang harus ditempatkan di daftar teratas, yaitu cinta kpada Nabi dan Tuhan, Allah SWT.

Senin, 30 Juni 2014

Pasar Ramadan

0
Bagi stiap muslim, Ramadan tentu punya makna trsendiri. Ramadan bukan rentang waktu biasa, hari-harinya sudah pasti dilewati dengan lebih memiliki kesan. Bahkan, bagi sebagian besar muslim Indonesia, termasuk saya, Ramadan jadi satu-satunya bulan hijriah yg dihafal (diketahui dengan pasti) tanggalnya, bahkan dihitung jumlah sisa harinya terutama menjelang akhir.

Tak mengherankan jika kemudian Ramadan dijadikan ladang komersil yang ramai. Semua hal yg beraroma keislam-indonesiaan laku keras di bulan ini. Bahkan hal-hal yang tak ada kaitannya sama skali dengan Islam, dikait-kaitkan agar juga bisa laku dijual.

Sayangnya, banyak pihak tak bertanggung jawab (saya tak menyukai penggunaan kata oknum), yang justru memanfaatkan momen Ramadan dengan sebesar-besarnya, tapi malah merusak kesucian dan ketinggian makna Ramadan. Ironisnya, 'dagangan' mereka justru kerap kali jadi yang paling laku keras.

Aduuh, SUCI 4 Sayangeeee...!

0

Sebagai sebuah ajang kompetisi pencarian bakat di televisi, Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV (SUCI Kompas TV) baru saja merampungkan season yang ke-4. Meski baru mencapai pergelaran ke-4, SUCI Kompas TV telah mencapai keberhasilan dengan banyak peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari banyaknya terobosan yang dilakukan seperti dilibatkannya penonton untuk memilih komika favorit, diadakannya SUCI 4 tour ke SMA 52 dan pabrik Lion,  serta diberikannya kesempatan bagi 4 komika yang sudah close mic untuk kembali mascall back.
uk ke dalam kompetisi melalui ajang

Peningkatan yang dicapai juga dapat terlihat dari semakin banyaknya pesrta audisi yang ikut ambil bagian. Hasilnya, peserta yang lolos dari audisi pun jumlahnya mencapai 20 sehingga harus digelar dua preshow untuk mengeleminasi lima peserta dan menyisakan 15 finalis saja.

Dilihat dari cara delivery-nya, pada ajang SUCI 4 ini, banyak bermunculan komika dengan gaya delivery deadpan. Sayangnya, mereka kurang berhasil dengan gayanya yang memang berisiko. Terbukti dari kegagalan Benny memikat juri dan harus close mic pada show 3. Puncaknya adalah ketika Dodit juga harus Close mic pada show 13.


Penampilan Dodit di show 13 sebelum close mic
Dilihat dari  materi yang disampaikan, dapat dikatakan ada dua jenis komika yang tampil pada SUCI 4. Pertama, komika yang ingin ‘meyampaikan sesuatu’ melalui Stand Up Comedy-nya, dan kedua, komika yang murni ingin membuat penonton tertawa. 

Komika jenis pertama menginginkan penonton tak hanya tertawa, tapi ia juga ingin menyampaikan sesuatu baik yang bernilai informatif, kritik ataupun sekedar keresahannya. Komika jenis kedua memandang Stand Up Comedy sebagai sebuah hiburan di mana ia hanya ingin membuat penonton tertawa dan melupakan sementara beban-beban hidupnya.

Boleh dikatakan bahwa ajang SUCI Kompas TV Season 4 ini adalah milik komika jenis pertama. Hal ini terbukti dari  tiga besar finalisnya yang merupakan komika yang secara konsisten ‘menyampaikan sesuatu’ melalui Stand Up Comedy-nya yaitu Abdur, David dan Dzawin.

Abdur, konsisten menyampaikan suara minor dari Timur
Meskipun saya kecewa karena komika favorit saya, Abdur, hanya menjadi runer up (Aduh Mama Sayangeeee), saya ucapkan selamat kepada David yang memang pantas meraih predikat juara. Selamat juga untuk Kompas TV atas keberhasilannya dengan SUCI Season 4, tidak hanya menghadirkan tawa, tapi juga menginspirasi. Terima kasih banyak!

Sang Juara, David, pada saat grand final